Lensa dan Pena – Demam Batu akik pernah melanda negeri ini pada tahun 2014 hinggga 2015. Di mana-mana orang bicara batu akik, ya, tentang keindahannya dan juga tentang khasiatnya. Di kedai atau kantor, batu akik juga menjadi obrolan utama bagi banyak orang bahkan batu akik juga dijadikan sebagai hadiah atau buah tangan seseorang yang baru pulang dari daerah orang. Jadilah batu akik sebagai primadona dalam masyarakat yang trennya semakin meningkat .
Demam batu akik nyaris merasuk semua lapisan masyarakat. Menembus lintas batas umur, profesi, srata ekonomi, geografis, adat budaya hingga agama sekalipun. Para pemburu batu akik selain mencari keindahan, juga mengejar mitos-mitos batu akik yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Bahkan ada seorang kepala daerah yang mewajibkan anak buahnya memakai batu akik. Menurutnya Selain mengenalkan kekayaan alam daerahnya, batu akik diyakini dapat meningkatkan kinerja kerja.
Satu sisi demam batu akik sangatlah menggembirakan, karena membuka lapakan kerja tentunya akan menambah penghasilan. Banyak di antara mereka yang sebelumnya bekerja serabutan atau pekerjaan yang tidak menjanjikan mencoba peruntungan di bisnis batu mulia ini.
Adalah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang saat itu menjabat sebagai presiden kabarnya memberikan cindera mata kepada tamu negara yang berkunjung salah satunya adalah presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Ini juga menjadi salah satu pemicu melonjaknya harga batu akik yang terkadang tidak sampai masuk akal. Tulisan ini hanya ingin mengingat kembali masa kejayaan dan asal mula batu akik ini.
Asal mula batu akik
Batu mulia sudah dikenal sejak jaman kuno. Manusia purba sudah memakai bebatuan seperti batu berwarna untuk perhiasan mereka. Negara dibelahan timur adalah yang pertama menggunakan batu mulia atau permata, diperkirakan sekitar 100000 – 75.000 SM. Banyak pendapat, INDIA sebagai tempat kelahiran mereka. Disebutkan India itu terbuat dari permata dan perhiasan dalam tulisan tulisan hindu yang paling awal. Batu mulia memainkan bagian yang sangat menonjol dalam mitologi Hindu. Contohnya dalam legenda Ramayana dan Mahabharata. Bangsa Phoenician membawa batu mulia dan permata ke Mesir dan Yunani dari timur tersebut.
Walau tak memiliki tambang batu seperti sapphire atau merah delima dan lainnya. Bukan berarti tidak ada jenis batu lainnya selain intan juga ada di Indonesia selain unik juga memiliki daya jual tinggi. Sebut saja batu oval atau lebih dikenal dengan sebutan kalimaya yang berasal dari Banten. Jenis batu ini mulai ditambang tahun 1934. Sebelumnya dapat di temui di tepi sungai dengan mudah, namun saat ini kita harus menggali tanah lebih dalam untuk mendapatkannya.
Keunikan dan keindahan dari batu oval ada gelembung kecil bundar tersusun rapih dan di antara bundaran tersebut terdapat pori-pori serta ada pula bagian yang kosong. Jika batu ini basah dan terkena sinar matahari akan dibiaskan sehingga menghasilkan refleksi warna. Selain di Banten ada juga di Nusa Tenggara Timur (NTT) tepatnya di daerah Kefa. Menurut para ahli geologi Indonesia, kalimaya yang ditemukan di NTT hampir sama dengan yang ada di Australia.
Kemudian ada batu unik lainnya, hijau Garut Ohen yang berasal serat kayu yang membatu berjuta tahun lalu. dan ini merupakan jenis batu yang cukup langkah dan memiliki kualitas sangat baik dalam tingkat kejernihannya. Lalu ada batu Bacan dari Halmahera, yang juga mempunyai nilai jual yang sangat tinggi. Banyak kolektor baik dalam maupun luar negeri mencari batu ini. Tak lupa juga Aceh serta daerah lainnya yang juga mempunyai batu unik dan menarik untuk di miliki.
Indyo Pratomo, staff museum geologi, Bandung menjelaskan. batu mulia atau biasa disebut akik dibentuk dan diproses jutaan tahun oleh alam. Pembentukan batu mulia/akik terjadi melalui proses geologi sebagaimana batuan lainnya, misalnya melalui diferensiasi magma, metamorfosa atau sedimentasi. Yang dimaksud disini adalah adanya aktifitas di dapur magma di perut bumi yang mencairkan bebatuan dengan suhu diatas 1.000 derajat celcius dan terdorong keluar melarutkan berbagai bebatuan yang telah ada. Terjadilah proses pelarutan atau ubahan hydrothermal. Setelah keluar larutan tersebut menjadi dingin dan mengisi rongga rongga atau pori pori batuan atau fosil kayu sehingga membeku dan menjadi batu akik. Ketika cairan super panas dan bertekanan tinggi ini mulai naik, cairan ini akan melarutkan berbagai batuan lain yang telah ada. Terjadilah proses pelarutan atau ubahan hidrotermal. Batuan akik terbentuk saat larutan hidrotermal semakin mendingin karena semakin dekat permukaan ini tentu berbeda dengan intan.
Hampir seluruh wilayah Indonesia mempunyai batu akik, kecuali Jakarta yang tidak memilikinya. Sedang untuk intan hanya ada di wilayah Kalimantan, namun intan yang ditemukan bukan berasal dari intinya melainkan berasal dari sumber sekunder yang di endapkan atau juga yang terbawa arus air.
Sejak jaman penjajahan Belanda para ahli geologi memburunya. Tetapi tidak ketemu sumber primernya seperti yang ditemukan di Kimberley.
Beberapa jenis batu akik dari berbagai daerah di Indonesia
Batu Akik Sisik Naga Khas Enrekang : Batu akik sisik naga khas Enrekang, Sulawesi Selatan adalah salah satu jenis yang langka. Batu sisik naga bercorak emas. Batuan alam yang termasuk kelompok septarian noudles itu lebih keras ketimbang batu akik jenis lainnya. Saat digerinda, batu ini sangat keras, mirip besi. Warga Enrekang, Sulawesi Selatan, menduga sisik naga motif baru ini mengandung emas meskipun belum dibuktikan secara ilmiah.
Batu Akik Kalimaya : Batu akik asal Kecamatan Maja, Kabupaten Lebak ini memiliki karakteristik berbeda dengan batuan lainnya. Batu akik hasil ‘fermentasi’ alam ini bahkan harganya mencapai 2.500 dolar/karat dan masuk dalam jajaran 10 batu mulia termahal di dunia. Konon batu ini nama aslinya adalah Kali Maja karena batu ini berada di dalam sungai atau kali yang ada di Maja.
Batu Akik Red Rafflesia : Batu akik red Rafflesia berasal Bengkulu. Red rafflesia ini diketahui beberapa kali memenangkan kontes batu akik Nusantara hingga menjadi incaran dan buruan para pencinta akik. Red rafflesia memiliki warna khas layaknya bunga rafflesia. Ada juga yang berwarna merah.
Batu Akik Cincin Bungur dan Anggur Api : Dua batu akik ini berasal dari Tanjung Bintang, Lampung Selatan, dan Kabupaten Way Kanan, Lampung. Kedua batu cincin ini memiliki ciri khas sendiri. Batu bungur warnanya bening bercahaya, konon batu tersebut tergolong kelas batu mulia tingkat dunia. Batu bungur juga belakangan mulai sulit ditemukan di alam. Atas alasan itulah, batu cincin asal Lampung Selatan itu memiliki harga yang istimewa. Sementara batu anggur api berwarna putih. Pada bagian dalamnya menyerupai cangkang telur, dan jika disinari cahaya akan terlihat lidah api yang menarik.
Batu Akik Pirus Besi : Batu akik pirus besi berjenis Badar atau dengan nama lain biasa disebut Black and White Obsidian. Batu yang memiliki tingkat kekerasan mineral 4,5 skala mohs ini, ditemukan di Ampana, Kabupaten Tojo Unauna oleh komunitas batu akik Tadulako Gemstone Palu. Batu ini memiliki keunikan tersendiri dari pelbagai batu akik jenis Badar yang bisa ditemukan di beberapa daerah di tanah air, khususnya di Bacan. Keunikannya terlihat dari serat-serat yang ada di dalam batu, karena memunculkan corak yang sangat khas dan jika disandingkan bersama magnet akan menyatu.
Batu Giok Natural Gold : Batu giok natural gold berasal Tanah Gayo Aceh. Batu ini ditemukan di sebuah sungai pedalaman Kabupaten Bener Meriah, Aceh. Batu ini dominan berwarna kuning emas. Batu giok natural gold dengan kadar kekerasan di atas tujuh skala mohs ini termasuk salah satu batu langka dan unik, sehingga wajar harganya mahal.
Batu Bacan : Batu bacan merupakan jenis batu yang diperoleh dari Pulau Bacan, Halmahera Selatan, Maluku. Batu bacan memiliki beragam warna, bahkan suhu tubuh manusia bisa memengaruhi keindahan batu bacannya. Suhu tubuh bisa mempengaruhi proses kematangan batu bacan yang dipakai, semakin panas suhu tubuh, maka semakin matang batu bacannya. Ketenaran batu Bacan membuat petinggi negara seperti Presiden Barack Obama, Susilo Bambang Yudhoyono hingga Sultan Brunei mempergunakan batu bacan. Harga batu bacan pun memiliki nilai beragam, bahkan harganya bisa mencapai ratusan juta hingga miliaran.
Batu Akik Spritus : Batu akik jenis biru langit atau yang lebih dikenal dengan nama spritus, banyak ditemukan di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan. Batu jenis spritus asal Baturaja ini masuk kategori kalsedon. Batu ini dikenal juga dengan nama Blue Sky. Masyarakat lokal mengenal pula dengan nama “Batu Spiritus” lantaran warnanya biru seperti spiritus, yang biasa digunakan untuk lampu api. Meskipun tidak masuk dalam 10 besar batu mulia yang terkenal di dunia, tapi skala mosh Blue Sky mencapai angka 7, melebihi batu Kalimaya dan Kecubung.
Batu Hijau Garut : Batu ini berasal dari Garut, Jawa Barat di Gunung Bungbulang. Batu Garut dengan warna hijau khas yang tidak ada duanya ini dapat memancarkan cahaya terang, apabila disorot cahaya dari bawah cincinnya. Serat batu hijau yang tampak di dalam terlihat indah seolah awan yang terjebak di dalam batu.
Batu Bulu Macan : Batu Bulu Macan masuk kategori batu akik atau agate. Batu ini, juga termasuk satu dari beberapa batu akik Indonesia yang pamornya sudah terkenal ke seluruh dunia. Batu bulu macan berasal dari daerah Jawa Timur sekitar Lumajang dan Jember. Disebut bulu macan, karena batu ini bisa mengeluarkan warna seperti bulu macan.
Batu Sarang Tawon : Batu sarang tawon bisa ditemukan di Provinsi Jambi. Batu ini awalnya memang mirip sarang tawon yang menggantung di atas ranting pohon. Alasan disebut Batu Sarang Tawon karena motif yang ada di dalam batu ini terlihat seperti sarang lebah atau tawon dengan serat atau ruas menyerupai gelembung dan lubang-lubang udara. Batu ini merupakan fosil yang terbentuk dari terumbu karang dan beberapa makhluk laut lain yang ikut membeku dan mengkristal selama ribuan tahun. Warna dari batu ini pun bermacam-macam, seperti hijau, cokelat, putih, kehitaman, kuning dan merah.
Batu Giok Lumut Aceh : Batu Giok Lumut berasal dari kampung yang juga bernama Lumut di Kecamatan Linge, Aceh Tengah. Jenis Giok Lumut memiliki karakter warna hijau tua, dan menurutnya begitulah warna giok yang sebenarnya. Giok Aceh mempunyai ciri khas, jika dipegang terasa dingin.
Batu Cempaka Lavender : Batu cempaka lavender ini disebut-sebut banyak terdapat di Aceh Jaya. Warnanya ungu, seperti bunga lavender. Jika disenter, cahayanya masuk ke dalam lantaran berwarna bening transparan.
Batu Akik Klawing : Batu Akik Klawing berasal dari Klawing, Purbalingga, Jawa Tengah. Salah satu yang paling dikenal yakni jenis batu naga sui. Batu ini merupakan ciri khas Sungai Klawing. Batu naga sui itu hanya ada di sungai klawing. Ada beberapa jenis batu Klawing, seperti Pancawarna Kristal, Telor Kodok, dan Nogo Sui.
Batu Kecubung (Amethyst) : Batu Kecubung bisa ditemukan di Kalimantan. Batu kecubung yang mempunyai nama lain Amethyst memiliki beragam warna dari ungu sampai merah muda. Batu ini termasuk jenis batuan yang berasal dari mineral kuarsa. Karena berasal dari elemen tersebut maka batu unik ini selalu memancarkan pijar yang menjadi ciri khas mineral kuarsa.
Batu Akik Bio Solar Aceh : Batu Bio Solar Aceh merupakan salah satu batu mulia yang masuk dalam golongan batu Idocrase. Bio Solar ini memiliki ciri khas warna mirip dengan warna BBM solar dan memiliki efek/jiwang yang kuat, efek itu membentuk alami didalam struktur batu tersebut. Untuk itulah batu ini diberi nama Bio Solar.
Batu akik gambar : Batu Akik jenis pictorial agate adalah batu akik berupa gambar atau lukisan yang terbentuk secara alami. Selain batu akik yang mirip dengan gambar Roro Kidul ini, dipasaran juga pernah ditawarkan batu akik pictorial agate badar berupa gambar pemandangan asal Bengkulu yang ditawarkan dengan harga 2 milyar rupiah. Batu akik bergambar Roro Kidul ini merupakan jenis batu akik pancawarna dan dibeli hanya dengan harga Rp. 50.000 di pasar batu akik Rawa Bening Jakarta. Batu tersebut kemudian diolahnya dan ternyata menampilkan gambar yang menawan.
Batu Akik Ginggang Lukulo : Batu akik Ginggang Lukulo asal Kebumen merupakan batuan mulia yang dipercaya berusia paling purba yang terbentuk bersamaan terbentuknya aliran sungai Luk Ula dan situs purba Karangsambung. Batuan itu disinyalir salah satu jejak proses jutaan tahun silam yang ditandai pengangkatan dasar Samudera Hindia di wilayah itu setelah terjadinya tumbukan lempeng antar benua, eurasia dan Samudera Hindia. Ginggang Luk Ulo yang bercirikhas memiliki guratan seperti serat rambut dan mampu memendarkan tujuh warna pelangi saat disorot cahaya. Kata ginggang (Jawa) berarti bergeser, bergerak, berubah.
Batu Akik Sungai Dareh : Batu Sungai Dareh atau sejenis batu giok diambil dari dasar sungai Batanghari yang kemudian diproses menjadi batu perhiasan yang indah.. batu Sungai Dareh termasuk batu mulia yang berjenis Idocrase dan disebut juga sebagai batu mulia Vesuanite. Selain keindahan corak serta warna batu sungai Dareh ini ternyata juga memiliki kelebihan lain yaitu tingkat kekerasan, yaitu sebesar 7 skala Mohs yang setara dengan batu jenis kecubung Amethyst.
Batu akik Pancawarna : Batu akik ini bisa ditemukan di Caringin dan Bungbulang, Garut, Jawa Barat. Panca warna merupakan batu akik dengan tingkat kekerasan mencapai 4 hingga 7 skala mohs. Yang menjadi patokan tingkat kekerasan batu adalah kandungan mineral. Tidak seperti namanya, panca warna bisa memiliki lebih dari 5 warna. Tak jarang dengan motif tertentu membuat batu jenis ini sulit dipalsukan. Ada tiga jenis batu panca warna yang ramai diburu pecinta akik. Pertama, yaitu panca warna edong, kedua panca warna cisangkal dan yang ketiga adalah panca warna kalhi.
Pamor Batu Akik Mulai Memudar
Tak ada lagi keriuhan di tempat-tempat penjual akik mangkal. Bahkan para pedagang akik sendiri sudah berganti profesi demi dapur tetap ngebul. Bagaimana tidak, pangsa pasarnya semakin sepi. Pembeli sudah banyak yang pergi. Kolektor hanya tinggal yang sudah lama menggemari. Kini, batu akik sangat sulit untuk mencoba bangkit kembali. Meski sempat berjaya di puncak tertinggi.
Selain karena sudah pudarnya eforia kegemaran batu akik, daya beli masyarakat yang turun pun turut mempengaruhinya. Tidak hanya itu, batu akik menjadi turun pamor sejak terdapat perbedaan harga yang sangat jauh antara batu yang tergolong batu mulia dan batu-batu yang tergolong batu biasa. Contohnya seperti jenis batu bacan serta pancawarna yang harganya ratusan kali lipat dari jenis batu lainnya. Ada lagi faktor lainnya seperti banyaknya muncul batu akik tiruan dan bahkan sulit membedakannya.
Banyak orang beranggapan tahun 2015 menjadi tahun penurunan demam batu akik, yang sempat melanda bumi Indonesia selama setahun mulai dari 2014. Bila dilihat secara seksama, mungkin faktanya memang demikian. Hal ini disebabkan bukan karena menurunnya jumlah kolektor batu yang setia, namun memang peta penggemar batu akik yang berubah. Orang yang sekedar mengikuti tren batu akik akan segera berakhir kecintaannya pada berbagai jenis batu yang hadir dari segala penjuru bumi nusantara. Dengan kata lain, mereka yang hanya ikut-ikutan tren bukanlah seorang kolektor sejati. Bagi mereka, satu atau dua batu sudah cukup. Sementara bagi kolektor, batu akik bukan hanya sekedar tren sesaat. Lebih dari itu, batu akik adalah bukti kecintaan para kolektor.
Di bumi nusantara, dulu banyak orang yang jatuh cinta dan tergila-gila dengan tanaman Anthurium, serta sempat juga orang-orang menggilai ikan Louhan. Kedua jenis tren tersebut kemudian turun peminatnya dalam waktu singkat, meski harga kedua benda itu sempat melambung tinggi tidak masuk akal. Ada kesamaan antara demam batu akik, ikan louhan, dan juga anthurium. Ketiganya merupakan sejenis hobi yang ada masa berlakunya. Ketika masanya habis, orang-orang akan dengan cepat meninggalkannya. Namun khusus untuk batu akik, ada saja kolektor setia nan keras kepala yang tetap setia dengan batu yang dikoleksinya. Di mata kolektor, batu akik tidak pernah pudar keseksiannya.
Penurunan demam batu akik di tahun 2015 berarti usianya yang pendek, atau hanya sekitar setahun. Penurunan tren bisa dilihat antara lain dari harga batu akik yang makin murah. Selain harga batu, harga emban (pengikat batu akik) juga semakin turun. Di sana-sini banyak kios batu akik yang sepi, bahkan beberapa pemilik terlihat menutup kiosnya. Dengan menurunnya tren, maka penurunan harga tidak bisa dihindari. Kini sebuah batu akik bisa didapatkan dengan harga sepuluh ribu saja, padahal tadinya bisa berharga di atas dua ratus ribu. Sama halnya dengan nasib harga pengikat batu (emban), yang kini bisa didapatkan dengan menebusnya dengan uang 20-ribuan.
Tren batu akik memang menurun, meski bukan berarti hilang sama sekali. Dibandingkan dengan tren tanaman dan ikan hias, batu akik masih menerima kemujuran. Maksudnya, masih ada banyak komunitas yang menjaga spirit hidup batu akik dengan mengadakan pameran batu dan juga kontes batu akik. Yang ingin dikatakan di sini adalah, batu akik rupanya masih memiliki pencinta setianya, yang terus mencoba menawarkan dagangan kepada kolektor sejati yang menyimpan puluhan bahkan mungkin ratusan batu akik di rumah mereka. Jadi, tidak sama halnya dengan anthurium maupun ikan louhan, nasib batu akik masih lebih mujur karena ada banyak kolektor aktif yang membeli dan merawat benda tersebut dengan sepenuh hati. (Panca / diambil berbagai sumber / LensaDanPena)